Plastik, Berkah atau Sampah?


      Pada weekend di pekan terakhir bulan Maret kemarin, saya diberikan kesempatan untuk menghadiri sebuah diskusi yang diadakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI. Menarik, karena masalah yang dibahas adalah elemen yang sebenarnya sudah biasa kita pakai sehari-hari? Yep, betul banget, elemen itu adalah plastik. Pak Dubes AS yang menyampaikan pidato pembuka pun mengatakan, bahwa Indonesia menjadi contributor sampah plastik kedua terbesar di dunia. Wow, berbeda dengan elemen- elemen lainnya seperti di avatar Legend of Ang yang semuanya dapat dikendalikan, plastik yang kita gunakan ini rupanya memberi dampak tak terkendali.


 
Duta Besar AS - Joseph Donovan


Seberapa jauh dampak yang diberikan?
 
“Well, sejauh ini si saya belum ngerasain apa-apa ya kak, Cuma paling ngerasa tiap hari makin panas aja.”
 
Haha. Itu percakapan imajiner yang sebenarnya ada esensinya di realita. Kenapa?
 
Ngerasa gak sih. Akhir-akhir ini, cuaca gak keruan. Kalo panas ya panas banget, kalo hujan ya hujan terus kayak air mata yang keluar pas di putusin doi.
 
PERTANYAANNYA ADALAH..
Mungkin gak sih ini semua gara-gara penggunaan plastik? Yah, bisa jadi. Kok gitu? Tau gak sih berapa jumlah sampah plastik yang dihasilkan per tahunnya, jawabannya adalah 10,95 juta ! which means, kalau penggunaannya tidak dikurangi, akan mencapai ratusan juta ton sampah dalam 10 tahun ke depan, dan repotnya lagi, dibutuhkan waktu 400 tahun untuk sebuah plastik dapat terurai. Terurainya pun masih dalam bentuk nano dan mikro plastik yang tidak kasat mata mengambang bebas di  lautan. Nah, degradasi yang tidak sempurna inilah yang menngakibatkan partikel-partikel ini sulit “dicerna” oleh alam.
 
Sudah cukup melihat dampak langsungnya kepada perubahan iklim. Terus, ada gak si dampak langsung buat kita, manusia yang hidup di darat? Jangan senang dulu karena jauh dari laut. Dilihat dari sisi kontribusi sampah, daratan menyumbang 80% sampah ke laut.
 
 “Fiuh, kita gak kena kak..yang kena Cuma ikan-ikan di laut, xixixi”
 
Coba diperhatikan lagi, persentase kanker naik dari tahun ke tahun. Salah satu penyebabnya adalah karena 1 dari 3 ikan di laut mengandung mikro atau nano plastik yang terdegradasi selama 400 tahun itu. Yep, what comes around comeback around kalo kata mbak Beyonce, kita yang buang kita yang kenyang dengan hasilnya.
 
 Memang sih banyak penyebabnya, bukan Cuma dari ikan yang mengandung mikro dan nano plastik aja. Tapi, tetep aja kan berdampak buat kita apalagi untuk 10 tahun ke depan, bisa jadi 2 dari 3 ikan di laut mengandung plastik. Right?
 
Mustahil hidup tanpa plastik (?)
 
Bagai buah simalakama begini salah begitu salah.
 
 Memang sih, tanpa plastik 70% makanan di supermarket seperti chiki2an yang suka kita beli akan waste. Mungkin industri-industri besar seperti minuman dan makanan memang tidak bisa lepas dari plastik. Tapi individu-individu seperti kita bisa mulai mengubah perilaku kita. Mulai dari, membawa tas belanja sendiri ke supermarket, tumblr sendiri, menolak pakai sedotan,sendok dan garpu plastik, dan bawa sendiri dari rumah, lalu yang terakhir kamu bisa mengajak teman kamu untuk melakukan hal yang sama seperti kamu.
 
Memang tidak gampang sih, saya sendiri sebenarnya agak susah untuk membuat kebiasaan baru yang bebas dari plastik ini. Tapi setidaknya saya mencoba untuk menyelamatkan generasi yang selanjutnya!
 
One more, Don’t be plastik ! :p


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nawacita Butir Tiga, Parawisata Kunci Pembangunan

Kuda dikekang, Singa dikandang, Manusia?

Pengalaman Magang di UNDP (PBB Bidang Pembangunan)