Nawacita Butir Tiga, Parawisata Kunci Pembangunan



Sejak peresmiannya sebagai Presiden Indonesia pada 20 Oktober 2014,Presiden Jokowi menerapkan konsep negara bernama Nawacita,sebuah istilah dalam bahasa Sansekerta,yang ber-etimologi,”Nawa “ berarti sembilan dan “Cita” berarti harapan.Kesembilan harapan ini menggambarkan konfigurasi visi misi Jokowi yang akan diaplikasikan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.


Agenda yang menjadi prioritasnya dalam membangun bangsa ini rupanya tidak hanya menjadi sebuah bacaan bagi mata dan tulisan diatas kertas.Perlahan namun pasti,sedikit demi sedikit,satu per satu dari kesembilan butir ini dijadikan sebuah aksi dari janji nyatanya.Terutama,pada butirnya yang ketiga,yaitu “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.”, sebuah agenda yang memproklamirkan bahwa tidak akan ada lagi kesenjangan dalam negeri dan territory Indonesia , dan sebuah kalimat yang menjanjikan bahwa tidak ada lagi daerah yang terkucilkan.


Presiden Jokowi sendiri mengatakan,bahwa pembangunan ekonomi tidak lagi berpusat pada Pulau Jawa ,melainkan harus Indonesia sentris,yang berarti pembangunan harus merata dari Sabang sampai Merauke.Hal ini meliputi daerah-daerah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),yang berpotensi memajukan perekonomian Indonesia.Salah satunya adalah dalam sector pariwisata,yang dipercaya dapat menjadi leading sector karena kontribusinya sebanyak 4 persen dari PDB Nasional dengan devisa sejumlah 155 trilliun dan memberi lapangan kerja kepada 11,3 juta orang.Indonesia yang terkenal akan kekayaan alamnya, dengan spesies yang bervarietas,geografis yang menantang,dan pemandangan pantainya yang masih perawan.Kekayaan alam itu merupakan wajah Indonesia di mata dunia yang memperlihatkan betapa asri dan kayanya Indonesia yang tidak dimiliki negara lain.Namun,sayangnya kita sedikit terlambat dalam mengelola tiap kekayaan yang dimiliki.
 

Butir tiga Nawacita ini , rupanya memberikan perhatian besar kepada sector pariwisata Indonesia.Pariwisata tidak lagi berpusat pada destinasi wisata yang sudah eksis(Bali dan Jakarta),melainkan berfokus pada revitalisasi destinasi wisata yang baru dengan memperlengkapi infrastruktur dan zona otorita wisatanya.Tahukan anda bahwa dalam Indeks Travel & Tourism Compeitiveness 2015,Indonesia berada pada peringkat ke-50 dibawah Thailand dengan peringkat 35 dan Malaysia dengan peringkat 25.Di dalam sub index,terlihat jelas kekurangan yang harus lebih ditingkatkan lagi ,terutama dalam pilar infrastruktur dan perawatan lingkungan yang menempati bottom five rank dalam Ground and Port Infrastructure dan Tourist Service Infrastructure.Sedangkan dalam pilar perawatan lingkungan,yang menjadi isu utama adalah Safety and Security,Health and Hygiene,dan ICT Readiness.


Tidak lagi ingin mengulang kesalahan yang sama,Presiden Jokowi beserta jajaran menterinya memiliki perencanaan matang dengan menetapkan 10 dari 25 KSPN (Kawasan Strategis Parawisata Nasional) untuk mencapai objektif 20 juta turis asing dalam 3 tahun kedepan (2019),dari kesepuluh KSPN terdapat 3 KSPN prioritas yang mendapatkan pengawasan khusus pemerintah dalam aksesbilitas jalan,sanitasi,perumahan,dan penyediaan akses baku.Membangun ketiga destinasi wisata ini,pemerintah mengeluarkan investaasi sebesar 766 miliar Rupiah.


Revitalisasi Danau Toba,dilakukan dengan membangun zona otorita wisata berupa fasilitas-fasilitas memadai dan hotel yang mewah.Lalu,pengembangan bandara Sibisa dan Silangit yang di perluas agar memungkinkan pesawat jenis boeing 737-800 dapat memakai landas pacu.Melalui jalur darat sendiri Tol Siantar-Parapat dijanjikan akan rampung pada 2019.Tidak berhenti dalam pemfasilitasan infrastrukturnya,Taman Bunga Nusantara pun akan dihadirkan untuk estetika wisata di daerah Toba Samosir atau Tapanuli Utara.Tidak kurang dengan adanya karnaval yang hendak dilakukan secara annual untuk memperingati Kemerdekaan Danau Toba serta pelestarian Danau Toba yang dipikirkan dengan seksama,karena memang sesungguhnya banyak sekali destinasi wisata di Indonesia,namun kurang sekali program pelestariannya dan infrastruktur yang memadai bagi para pengunjung sehingga sangat sulit untuk menikmati keindahan alam dengan rasa aman dan nyaman.
 


 
Lalu salah satu keajaiban dunia yang begitu masyur akan kemegahan,yaitu Borobudur.Sebuah peninggalan budaya dari sejarah yang mencitrakan Indonesia dengan bangunan ikoniknya.Rupanya,pemerintah tidak puas dengan jumlah turis yang menngunjungi situs budaya ini.Dengan menjadikannya sebagai prioritas,maka Borobudur dipercaya dapat memperkenalkan kental dan radikalnya budaya Indonesia.Pembangunan yang dilakukan adalah Jalan Parakan-Secang-Magelang-Yogyakarta dan optimalisasi IPLT Kota Magelang serta pemeliharaan  Jalan Keprekan-Borobudur.

                Selain Toba,salah satu destinasi wisata yang disebut-sebut sebagai Bali kedua adalah Mandalika di Nusa Tenggara Barat,Lombok.Calon investor dan wisatawan mulai berdatangan membulatkan minatnya pada potensi wisata ini,ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation) sebagai pengelolanya pun,sudah mulai menggandeng Pullman dan Club Med untuk mendudukkan hotel mewah itu di wisata Mandalika.Dalam persiapannya,ITDC lebih berfokus pada pengelolaan air bersihnya dengan menggunakan desalinasi air laut metode sea water reserve osmosis.Dalam aksesibilitasnya,akan ditingkatkan Jalan Bandara Praya Mandalika dan Jalan Tol Bandara Praya-Mandalika serta fasilitas Jalan Gerung-Mataram dan penyediaan rumah susun di Kabupaten Lombok Utara.
 

                Nawacita,sebuah agenda yang menyadarkan bahwa persatuan bukan berarti pembangunan pada satu tempat,melainkan pemerataan yang menyeluruh dari seluruh pinggiran daerah negeri ini.Sebuah agenda yang menjadikan Indonesia bukan hanya sekedar rumah bagi masyarakatnya,tapi juga sebagai surga dunia yang memperlihatkan bahwa Indonesia adalah negara yang asri,tertata,dan bersih. 

Sumber:


 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuda dikekang, Singa dikandang, Manusia?

Pengalaman Magang di UNDP (PBB Bidang Pembangunan)